SEJARAH MUSEUM WAYANG

Museum Wayang berdiri di atas tanah seluas 990 m2 dan 627 m2. Gedung ini semula merupakan gereja tua yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk” sampai tahun 1732. Diadakan perbaikan pada tahun 1733 berganti nama yaitu “de nieuwe Hollandsche Kerk” sampai dengan tahun 1808.Gereja ini mengalami kerusakan akibat gempa.Pada tanggal 14 Agustus 1936 lokasi ini ditetapkan menjadi monument, selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu lembaga yang didirikan untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.

​

Pada tanggal 22 Desember 1939 dibuka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer sebagai museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum”  atau “Museum Batavia Lama”. Tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia berganti nama menjadi Museum Jakarta Lama. Pada tanggal 17 September 1962 oleh LKI diserahkan kepada Republik Indonesia dan pada tanggal 23 Juni 1968 diserahkan kepada Propinsi DKI Jakarta sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Dan pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan sebagai Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Saat Ini Museum Wayang Jakarta di bawah Pengelolaan UP. Museum Seni , Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

​

​

The Puppet Museum stands on a land area of ​​990 m2 and 627 m2. This building was originally an old church founded by the VOC in 1640 under the name "de oude Hollandsche Kerk" until 1732. It was repaired in 1733 and changed its name to "de nieuwe Hollandsche Kerk" until 1808. This church was damaged by the earthquake .On August 14, 1936 this location was designated as a monument, then purchased by Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, an institution established to advance research in the arts and sciences, especially in the fields of biology, physics, archeology, literature, ethnology and history, and published research results.

 

On December 22, 1939 it was opened by the last Governor General of the Dutch East Indies, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer as a museum with the name "de oude Bataviasche Museum" or "Old Batavia Museum". In 1957 it was handed over to the Indonesian Cultural Institute and changed its name to the Old Jakarta Museum. On September 17, 1962, IFIs handed it over to the Republic of Indonesia and on June 23, 1968 it was handed over to DKI Jakarta Province as the office of the DKI Jakarta Museum and History Office. And on August 13, 1975 it was inaugurated as the Puppet Museum by the Governor of DKI Jakarta, Ali Sadikin. Currently the Jakarta Wayang Museum is under the Management of UP. Art Museum, DKI Jakarta Provincial Culture Office.