top of page

SI PITUNG

SI PITUNG STORY

8xb9OxOyJjq_BnJcbw6YxTeanBp4ZPik457cpl1u

Si Pitung adalah tokoh Betawi yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial

Pada tahun 1892 Si Pitung dikenal sebagai “One Bitoeng”, “Pitang”, kemudian menjadi “Si Pitoeng”. Si Pitung lahir di daerah Pengumben, Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api Palmerah. Ayahnya bernama Bung Plung dan ibunya bernama Mbak Pinah. Pitung menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang pedagang kambing). Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung kemudian nama menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah (Salihoen).

Pitung sebagai tokoh kisah Betawi masa lampau memang dikenal sebagai perampok, tetapi hasil rampokan itu digunakan untuk menolong orang-orang yang menderita. Kisah keberanian Si Pitung melawan penjajah bangsa Belanda sangat melekat dihati masyarakat Betawi sampai sekarang. Kisah Si Pitung ini dalam pertunjukan Lenong Betawi sering ditampilkan.

​

Si Pitung is a down-to-earth Betawi character, a pious Muslim, and an example of social justice

In 1892 Si Pitung was known as "One Bitoeng", "Pitang", then became "Si Pitoeng". Si Pitung was born in the Pengumben area, Rawabelong which is currently in the vicinity of the Palmerah Train Station. His father's name was Bung Plung and his mother was named Mbak Pinah. Pitung received his education at a pesantren led by Haji Naipin (a goat trader). Si Pitung is a nickname from the Javanese word Pituan Pitulung then the name becomes Pitung. Si Pitung's real name is (Salihoen).

Pitung as a character in ancient Betawi stories was indeed known as a robber, but the proceeds of the robbery were used to help people who were suffering. The story of Si Pitung's courage against the Dutch colonizers is deeply embedded in the hearts of the Betawi people until now. The story of Si Pitung is often shown in Lenong Betawi performances

bottom of page