top of page

BLENCONG

BLENCONG STORY

Sebelum dikenal adanya lampu yang menggunakan listrik, pertujukan wayang kulit pada masa itu masih menggunakan lampu penerang pada layar/geber dengan memakai bahan bakar minyak kelapa yang diberi sumbu dari lowe atau benang kapas (bahan untuk tenun pakaian.) Lampu berbasis minyak tersebut itulah yang dinamakan blencong. Dalam tata pamer kali ini Museum Wayang menghadirkan koleksinya berupa Blencong untuk dipamerkan sebagai wujud pembelajaran. Blencong yang ada dimuseum wayang merupakan sumbangan dari Kolonel (Purn) Casel A Heshisius, perwira kerajaan yang berasal dari Den Haag. Belanda. Sejak tahun 1925 Blencong tersebut adalah milik keluarga Casel, ketika kedudukan Nazi, Jerman Keluarga Heshisius terpaksa harus menyembunyikan Blencongnya yang telah berusia 200 tahun tersebut agar tidak dirampas Gestapo Jerman. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1976 Blencong tersebut dihibahkan kemuseum wayang. Bleong serupa berada dipura Mangkunegaran Surakarta..

​

​

Before electrical lamp. Wayang kulit performance used coconut oil lamp with cortan thread fuse. Tanpa called bincang. Mencong that kept in museum Wayangwa contribution of Colonel Casel & Heshisius from Den Haag, Netherland. Since 1925, this Blencon was belong to Cel family, but whie NAZI rated, Heshisius family hid the 200 years old blencong so it wasn’t grabbed by Germany Gestapo. Then in August 1” 1976. Heshistus family gave blencong to Museum Wayang.

​

​

bottom of page