top of page

WAYANG KULIT SAWAHLUNTO

WAYANG KULIT FROM WEST SUMATRA

d40946e9-c2bc-4937-ad4b-c002cef2c27f.jpg

Tidak ada sumber sejarah yang otentik mencantumkan data-data sejarah mengenai asal-usul wayang di Sawahlunto Sumber yang ada hanyalah dari tradisi tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bila dilihat dari bentuk wayangnya berasal dari Jawa dengan gaya Surakarta dengan keunikan tersendiri antara lain: Tokoh Semar, Gareng, Petruk dalam pementasan diawali dengan pembacaan do'a, sholawat, dan tahlil terlebih dahulu. Menurut Sumiyar (80) pertama kali ada pementasan wayang kulit di Kota Sawahlunto adalah pada tahun 1901, berdasarkan pada pementasan Ki R. Ardjo Purwoko seorang dalang yang mulai pentas pada tahun 1901- 1951 yang mana Sumiyar sendiri menjadi salah satu penabuh gamelannya.

​

Sanggar Kesenian Wayang Kulit Bina Laras H. Sajiman (Pemilik/Ketua) tinggal satu-satunya berada di Kecamatan Berangin Kabupaten Sawahlunto Propinsi Sumatera Barat dan dikelola oleh satu keluarga yang berupaya melestarikannya oleh karena suatu panggilan jiwa, Kini tinggal satu-satunya seperangkat 90 buah wayang Sawahlunto versi lama (1935) yang masih dimiliki oleh keluarga tersebut. Sebagian koleksinya sebanyak 3 buah telah dihibahkan tanggal 19 Oktober 2010 kepada Museum Wayang untuk dilestarikan.

​

There is no authentic source that shows the history about the origin of wayang sawahlunto. The only source came from story that was told from generation to generation. The shape is similar to wayang that came from Java with Surakartan style with its own uniqueness such as: Semar, Gareng, Petruk. The performance is started with pray and shalat. According to Sumiyar (80), the first performance of wayang kulit at Sawahlunto is in 1901. The performer was Ki R. Ardjo Purwoko; a dalang that started to perform from 1901-1951 and Sumiyar was one of the gamelan player.

Sanggar Kesenian Wayang Kulit Bina Laras H. Sajimari (owner) is the only one studio in Kecamatan Berangin Kabupaten Sawahlunto, West Sumatra, managed by family who is trying to conserve wayang sawahlunto. Now, there is only one set of old version wayang

bottom of page